Cerpen Karangan Fatimatuzzahra Purnama PutriKategori Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Remaja Lolos moderasi pada 1 December 2018 “Al! Buruan! Keburu telat nanti!” seru Ray sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Sementara Alicia yang masih di dalam kamarnya berdecak kesal. “Bentar, dong! Sabar napa?!” protes Alicia sambil mengikat rambut sebahunya menjadi kuncir dua di bawah telinga. “Buruan!” seru Ray lagi masih setia menunggu di depan kamar Alicia. Selesai merapikan rambut dan rok selutut SMP-nya, Alicia keluar kamar dan langsung berjalan mendahului Ray yang masih berdiri di depan pintu kamarnya. “Ayo, Ray. Berangkat. Lama amat. Keburu telat!” seru Alicia sambil berjalan menuruni tangga. Sementara Ray yang mulai mengikuti Alicia mencibir, “Tadi siapa coba yang lemot banget dandannya?!” “Barusan lo ngomong?” tanya Alicia sambil menoleh pada Ray yang terlihat cuek. “Nggak,” balasnya pendek. Alicia hanya mengangkat bahu kemudian kembali berjalan menuruni tangga. “Mamah! Cia berangkat, ya?” seru Alicia kemudian keluar rumah. Mamanya hanya menjawab dengan anggukan kepala. “Berangkat dulu, Tante,” ucap Ray sopan kemudian segera menyusul Alicia. “Woy, Al! Tungguin, dong!” seru Ray kesal sambil setengah berlari menyusul Alicia yang berjalan menuju ke halte depan perkomplekan rumahnya. “Lo kenapa, sih?! Nyebelin banget!” ucap Ray kesal setelah sampai di halte. Alicia hanya tersenyum. “Siapa suruh lemot!” balas Alicia dengan senyum kemenangan yang terkembang lebar di wajah manisnya. Sedangkan Ray mendengus kesal. Tak lama, bus yang akan mengantar mereka ke sekolah pun datang. Dengan sigap, Alicia melompat masuk ke dalam, yang langsung disusul oleh Ray dengan kepayahan. Alicia begitu gesit untuk ukuran seorang cewek. Perjalanan dari rumah ke sekolah ditempuh selama dua puluh menit menggunakan bus, tidak termasuk menunggu bus di halte. Sampai di halte depan sekolah, Alicia dan Ray segera turun. Mereka seperti biasa, berjalan beriringan menuju ke kelas mereka, mereka sekelas. Mereka terbiasa melakukan aktivitas Alicia bercerita dengan menggebu-gebu tentang apapun, dan Ray hanya cuek seakan tidak diajak bicara, membuat Alicia terlihat seperti orang gila yang bicara sendiri. Ray melirik sekeliling. Banyak orang yang menatap mereka dengan tatapan seakan-akan bicara “Itu ganteng-ganteng kok temenannya sama orang gila?”. Ray menyikut rusuk Alicia lalu berbisik, “Al, lo diem aja deh mendingan.” Alicia yang tidak mengerti hanya memiringkan kepalanya. Namun Ray malah meninggalkannya di belakang dan segera naik ke lantai atas tempat kelas VIII-G, kelas mereka, berada. “Yah, Ray! Tungguin, dong!” seru Alicia kemudian berlari menyusul Ray. Setelah berhasil menyusul Ray, Alicia langsung menyerukan protes. “Kok lo ninggalin gue, sih?! Nggak lucu banget, tau!” Ray mendelik kesal pada Alicia lalu memasuki kelas dan berjalan ke bangkunya. “Lebih nggak lucu lagi kalo gue sampe dikira ikutan gila gara-gara jalan sama orang gila,” ucap Ray ketus lalu duduk di bangkunya. Alicia langsung memberengut dan duduk di bangkunya yang ada di sebelah kanan Ray, barisan ketiga dari depan dari lima baris dan barisan ketiga dari kiri dari empat baris. Sistem tempat duduk di sini adalah setiap murid diberi satu meja ukuran 70×70 senti dan sebuah bangku. Otomatis duduknya satu-satu. “Jadi maksud lo gue gila, gitu?!” protes Alicia sambil menggebrak meja. “Bukan gue yang bilang lo gila,” balas Ray cuek lalu mengetuk-ketukkan jarinya ke meja. Sesekali diliriknya Alicia yang sedang sibuk memberengut di mejanya. Seulas senyum terbentuk di wajah Ray. Gadis itu sangat polos. — “Al! Lo piket!” teriak Aldi, ketua kelas yang disiplinnya minta ampun. Alicia hanya melirik Aldi tajam kemudian berdiri. “Iya juga, ya? Lupa, gue,” ujar Alicia kemudian mengambil sapu. “Al, lo sapu yang bagian luar aja. Rista udah nyapu sampe luar, tuh,” ucap salah satu rekan piketnya. Alicia hanya mengangguk meng-iyakan. Di luar Alicia menyapu dengan agak-agak malas. Sampai tiba-tiba seorang cowok yang sedang membawa sebuah tempat sampah kecil berisikan kertas tersandung dan jatuh tepat di bawahnya. “A–aduh. Mati nih gue,” desis cowok itu yang sebenarnya bisa didengar oleh Alicia. Alicia yang semula ingin marah-marah tiba-tiba tercengang. “WAAH!! DASAR!! HARI INI CD KU NGGAK IMUT, TAUK!!” teriak Alicia terlampau keras sambil menutup-tutupi roknya. Semua yang ada di luar kelas pun segera menengok ke arah mereka. Dan kebetulan, saat ini sedang istirahat. Jadi bisa dibayangin ramenya kayak gimana. “E–eh?” cowok itu terlihat agak gelagapan. Namun sebenarnya dalam hati, Yakin? Boleh aku ngecek?’. Cowok itu segera berdiri dan ancang-ancang berlari. Dan seketika itu juga Alicia mulai marah-marah. “Dasar cowok! Kamu lihat, kan?!” teriak Alicia sambil mengejar cowok itu. Cowok itu berlari kalang kabut di kejar Alicia. “Ah, nggak, kok! Nggak, kok!” seru cowok itu sambil tetap belari. Padahal di dalam hati, Celana dalammu warna pink, kan?’. “DASAR!!!” Semenjak kejadian memalukan itu, Alicia jadi diledekin satu kelas. Bahkan beberapa anak kelas lain. Dan dari situ dia tahu siapa nama dan kelas berapa cowok itu. Di sebuah pagi, tiga hari setelah kejadian itu… “Al, Al!” panggil Rista. Alicia yang sedang duduk-duduk di bangkunya menoleh. “Kenapa?” tanya Alicia begitu Rista duduk di bangku di depan mejanya. “Ekhem, gue tau siapa cowok yang kemaren itu,” ucap Rista sebagai pembuka. “Namanya Bintang, kelas IX-A,” lanjut Rista. Alicia mengerutkan kening. “Trus, ya, katanya dia itu nerd. Jadi dia itu kutubuku culun gitu…,” lanjutnya lagi. Alicia memutar bola mata muak kemudian berdiri. “Itu nggak penting banget, sumpah!” ucap Alicia kemudian berdiri di depan jendela dan menopang dagu di sana, menatap rombongan orang-orang yang lewat di lapangan basket pagi itu. Sampai matanya menangkap sosok yang sangat khas di sana. Seorang cowok berkacamata dengan rambut lurus dan rapi melambaikan tangan padanya. “Tuh, siapa, tuh? Tipe gue banget, suit, suit…,” goda Ray yang tiba-tiba ada di sampingnya. Pipi Alicia bersemu merah. “Apaan, sih?!” protesnya kemudian berlari keluar. Senyum jahil yang tadinya terpasang di wajah Ray tiba-tiba saja berganti dengan wajah muram. Ada yang merebut hati Alicia, sekaligus melukai hatinya. — Alicia bersembunyi di balik loker di ujung koridor lantai tiga. Semuanya kacau. Ketika Alicia keluar dari kelas dia malah semakin diejek. Rasanya sumpek! “Kamu kenapa?” suara itu membuat Alicia menoleh. Alicia tercengang melihat wajah itu. “Ka–kamu?!” pekik Alicia keras. Entah kenapa tiba-tiba jantungnya menjadi dangdutan mendadak. Ini kenapa gue deg-degan, sih?!’ “Eh? Kenapa?” tanya Bintang khawatir melihat wajah kaget Alicia. “Ugh… Kenapa harus ketemu lagi, sih?” gerutu Alicia sebal. “Kenapa?” tanya Bintang lagi. “Ga pa-pa. Makasih,” ucap Alicia lalu segera meninggalkan Bintang dengan perasaan bingung. Tiga bulan kemudian… Hari kelulusan kelas sembilan. Semua kelas sembilan wajib memilih satu junior untuk di ajak berfoto bersamanya sebagai kenangan sebelum mereka masuk SMA. Dan di sinilah Alicia sekarang. Di depan gedung aula bersama dengan Bintang untuk berfoto bersama. “Alicia, senyum, dong,” suruh Rista sambil berdecak sebal. “Huaaa!!! Ga mau!! Huaa…!” tangis Alicia keras-keras. “Eh, kenapa?” tanya Bintang khawatir. “Huuaaa…! Pokoknya ga mau!!” tangis Alicia lagi. Sekali lagi Rista berdecak kesal. “Eh, jangan nangis,” ucap Bintang masih khawatir. Ckrik! Satu tahun kemudian…. Alicia tersenyum senang menatap ijazah-nya. Nilainya memang tidak terlalu tinggi. Namun cukup untuk masuk ke SMA impiannya, bersama dengan Ray. “Ray! Ayo kita foto dulu!” panggil Alicia sambil menarik-tarik lengan Ray untuk lebih dekat dengannya. “Senyum, dong, Ray!” seru Alicia melihat Ray hanya memasang raut wajah malas tanpa senyum. “Oke, satu, dua….” Ckrik! — “Eh, itu siapa, tuh?” “Kakak kelas, ya?” “Wah, cakep juga!” Alicia yang sedang menyapu di luar kelas menoleh mendengar bisikan-bisikan anak-anak kelasnya yang sepertinya baru melihat seorang pangeran dari negeri antah berantah. Alicia mencari-cari sumber bisikan cewek-cewek itu dan menemukan seorang cowok dengan gaya rambut spike yang keren abis! Alicia merasa falimiar dengan wajah itu. Sampai ingatannya terpaut pada seseorang pada satu tahun lalu. Itu… Kak Bintang?!’ Entah kenapa, tiba-tiba jantung Alicia berdetak dua kali lebih cepat daripada biasanya. Dia kembali bertemu dengan Kak Bintang. Bahkan kelasnya pun kembali bersebalahan. Rasanya seperti sebuah anugerah. Tunggu. Apa?!’ “Al,” seseorang menepuk pundak Alicia yang sontak membuatnya berjengit. Dan saat menoleh, batinnya bersorak kesal melihat sosok keren –eh?!– yang sedang tertawa melihatnya. “Apaan sih, lo?! Gue bisa jantungan! Lo mau gue mati?!” protes Alicia kesal. Sedangkan tawa Ray malah semakin meledak. “Lo ngapain sih berdiri di depan kelas sambil bawa sapu kayak gini?” tanya Ray setelah tawanya mereda. Mulut Alicia sudah terbuka hendak menjawab, namun langsung dipotong oleh Ray. “Sambil ngeliatin Kak Bintang, lagi!” nada ketusnya keluar. Dia memutar bola mata kesal. “Lo ngarep bakal kejadian kayak satu setengah tahun lalu?” tanya Ray –yang lebih mirip tuduhan– dengan nada getas, membuat Alicia mengernyit bingung. “Ray, lo kenapa–” Ray melangkah pergi sambil melambaikan tangan tak peduli. Sementara itu, perasaan Alicia bercampur aduk melihat kepergian Ray. — “Kak Bintang masuk SMA sini?!” pekik Rista dengan mulut cabenya yang keterlaluan kerasnya. Alicia mendelik kesal mengisyaratkan agar Rista tidak lagi berteriak. “Ck, iya. Dan asal lo tahu aja. Lo kenal Kak Seli nggak? Yang dari dulu jadi sahabatnya Kak Bintang itu,” ucap Alicia lagi. Rista mengangguk cepat. “Dia juga masuk SMA ini, loh,” ucap Alicia yang kembali membuat mata Rista melebar. “Tapi kayaknya gue nggak berani berharap, deh,” ucap Alicia lirih kemudian memajukan bibir. Rista mengernyitkan dahi mendengar ucapan Alicia. “Kenapa?” “Ya, Kak Bintang keliatan bahagia banget, tau nggak, sama Kak Seli,” jawab Alicia. Rista hanya menepuk-nepuk pundaknya tanpa berbicara apapun. Sementara itu, berjarak dua bangku di belakangnya, sepasang mata menatapnya dengan sorot kekecewaan. — “Al, nggak pulang bareng Ray?” tanya Rista sambil memakai tas punggungnya. Alicia hanya tersenyum lalu menggeleng. “Ray kenapa, sih?” tanya Rista lagi. Alicia mengendikkan bahu. “Tau, tuh. Dari tadi dia diem mulu. Padahal biasanya dia ngisengin gue,” ucap Alicia kemudian memakai tas punggungnya. “Ya udah, Al, gue pulang duluan, ya?” pamit Rista. Alicia hanya mengangguk meng-iyakan. Alicia melangkah sendirian menyusuri koridor lantai dasar. Lalu saat melewati taman belakang sekolah, Alicia melihat Bintang dengan dua cewek yang memberinya bunga. Bintang sempat melihatnya, namun dengan segera Alicia melangkah lebih cepat untuk meninggalkan tempat menyesakkan itu. Alicia berjalan sambil menekuri lantai koridor. Semenjak masuk SMA, Bintang jadi sangat terkenal. Dalam hati Alicia berharap, jika saja saat ini Bintang tidak terkenal, dia tak ingin Bintang menjadi terkenal. Pagi yang cerah. Untuk saat ini. Tapi tidak untuk detik-detik berikutnya. Karena saat Alicia bertopang dagu di jendela kelasnya pagi itu, sambil menatap kerumunan orang-orang di lapangan basket yang hendak masuk ke kelasnya masing-masing, mata Alicia kembali menangkap sosok yang sama seperti satu tahun lalu. Melambaikan tangan padanya. Alicia yang sadar bahwa itu adalah Bintang langsung bersembunyi dengan berjongkok sampai tubuhnya tidak terlihat dari bawah. Dia menekuri lantai di bawahnya. Dia sudah berusaha menciptakan jarak. Karena jika dia terus dekat dengan Bintang, mungkin itu akan menjadi sebuah pemicu kekacauan. Tapi Alicia tidak bisa jika terus-menerus hidup di dalam jarak ini. Dia akan menghilangkan jarak ini. Ya, akan dia ungkapkan semuanya. Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Alicia dengan kecepatannya yang luar biasa langsung memasukkan buku-buku dan alat tulisnya dengan asal masuk. Yang penting dia tidak kehilangan jejak Bintang. Berbekal sebuah surat yang dimasukkan ke dalam sebuah amplop, Alicia berjalan mencari Bintang. Namun langkah pencariannya berhenti di dekat loker dekat tangga. Dia melihat Bintang dan Seli, juga mendengar percakapan mereka. “Maaf, aku nggak bisa,” ucap Seli. “Tapi kena–” “Pokoknya aku nggak bisa!” tegas Seli kemudian menunduk. Bintang tersenyum. “Oh, nggak papa, kok. Ya, mungkin memang belum jodoh,” ucap Bintang sambil memaksakan sebuah senyum. “Maaf,” ucap Seli kemudian berbalik dan pergi. Bintang memejamkan matanya dan sebutir air matanya menetes. Saat berbalik, matanya langsung bertemu dengan mata gadis yang sangat dikenalnya. Alicia. “Aku ditolak,” ucap Bintang sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Alicia diam saja sambil menunduk. Menyembunyikan suratnya di balik tubuhnya. Kenangan-kenangannya bersama Bintang melintas begitu saja di otaknya. Membuat bibirnya yang semula bungkam akhirnya terbuka. “Aku suka kakak!” kata itu terucap begitu saja. Membuat badan Alicia bergetar. “Ah, nggak papa. Kamu nggak perlu menghiburku, kok,” ucap Bintang sambil meringis lebar. “Maksudku… Maksudku bukan itu,” lirih Alicia sambil menunduk. “Eh, maaf. Aku harus pulang duluan. Maaf, ya,” ucap Bintang kemudian berbalik dan pergi. Meninggalkan Alicia sendirian di sana. — “Mama!” teriak Alicia begitu memasuki rumah. Mamanya yang sedang duduk di sofa langsung dipeluknya sambil menangis. “Cia, kamu kenapa, sayang?” tanya Mamanya khawatir melihat Alicia pulang-pulang langsung menangis. “Aku ditolak, Ma,” ucap Alicia sesenggukan. Mamanya melepas pelukan Alicia lalu mengelus lembut rambutnya. “Siapa? Bintang?” tanya Mamanya. Ya, Mamanya memang sudah tahu tentang Bintang. Alicia hanya mengangguk. “Alicia, kamu mungkin ditolak satu cowok. Tapi masih ada cowok lain yang lebih tulus sama kamu daripada Bintang,” ucap Mamanya kembali mengelus rambut Alicia. “Jangan cuma terpaku sama satu cowok, sayang,” lanjut Mamanya kemudian membelai lembut pipinya. Alicia termenung. Alicia menatap fotonya bersama Bintang satu tahun lalu. Saat kelulusan Bintang. Bibirnya yang gemetaran terus menerus memanggili nama Bintang. Sementara itu di ruang tamu, Ray memasuki rumah Alicia dengan tergesa-gesa. Saat dilihatnya Mama Alicia ada di sana, segera dihampirinya Mama Alicia. “Alicia ada, Tante?” tanya Ray. Mama Alicia tersenyum. “Tuh, di atas. Lagi nangis. Ditolak, katanya,” ucap Mama Alicia kemudian tersenyum. “Dasar bego,” lirih Ray kemudian berlari menaiki tangga, menuju kamar Alicia. Saat sampai di depan kamar Alicia, Ray terhenti. Alicia sedang menangis sambil menggenggam erat foto Bintang dengannya. Awalnya Ray ingin mengacuhkan saja Alicia saat bibir gadis itu terus menerus memanggili nama Bintang. Namun setelah berfikir, akhirnya Ray mendekat. Dan dengan cepat, dilepasnya foto itu dari genggaman Alicia, dan dia tarik tangannya agar keluar kamar. Alicia yang sadar bahwa itu adalah Ray tersenyum bahagia. Ya, Mamanya benar. Dia tidak boleh hanya terpaku pada satu cowok. Masih ada cowok lain yang lebih tulus padanya. Satu nama itu, Ray. END Cerpen Karangan Fatimatuzzahra Purnama Putri Blog / Facebook fatimatuzzahra purnama putri Penulis, komikus, atau penyanyi? Instagram ktswthy66_ Wattpad _HanaChan_13 Smule ZafaAli1347 barangkali ada yang mau join nyanyi bareng aku D Cerpen Kini Ku Jatuh Cinta merupakan cerita pendek karangan Fatimatuzzahra Purnama Putri, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Perempuan Kuat Part 1 Oleh Jeje “Terus mau lu apa?” teriak vegas dikeramaian ruang osis milik sekolahnya. “gue gass… gueee dilecehin sama Niho.” Ujar Ojie. “terus kenapa lu ga minta tolong? Kenapa lu ga teriak Genre Cintaku Oleh Osilia Deva Firdaus Mataku tertutup sejenak menikmati suasana yang berulang di pagi itu, begitu penuh semangat, segala gairah pun berlomba di sekitar tubuh ini namun, tidak dengan hati ini yang sedari pagi Ujian Nasional Oleh Irma Apriliyanti Panjaitan “jangan ulangi lagi!!” ini sudah ke-20 kalinya aku dihukum karena tidur di kelas saat pelajaran. entah ada apa dengan mataku yang selalu mengantuk di setiap pelajaran guru bahasaku. Aku Two Persons Who I Loved Oleh Arta Rafian Kumpulan awan putih menghilang terganti dengan cerahnya langit biru. Kabut lebat yang menutupi pandangan mata kini menghilang. Terlihat jam tangan Rian menunjukkan pukul 0630 pagi. Sekolah masih terlihat sepi Istimewanya Kota Hujan, Kamu Oleh Si Januari Aku berjalan santai di sebuah kedai kopi dekat sekolah, seolah tak terjadi apa-apa barusan. Mataku memandang sekeliling, berusaha mencari tempat duduk ternyaman, hingga kakiku tertarik untuk duduk di kursi “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"KumpulanCerpen Romantis Cinta Terbaik. Cerpen Romantis - Indah Pada Waktunya. Cerpen Romantis - About Love In Bamboo Forest. Cerpen Romantis - Pangeran 15 Menit. Cerpen Romantis - Alunan Piano Dave. Cerpen Romantis - Malam Pergantian Tahun. Cerpen Romantis - Tekanan Cinta Bowo. Cerpen Romantis - Coklat Misterius.
PLAK! Tamparan itu mendarat mulus ke pipi kiriku. Membawa sensasi perih disusul panas yang langsung saja terasa. Cerpen Sedih Kisah Seorang Psikopat Yang Gila Cinta Akan tetapi, lebih perih rasanya sewaktu aku melihat kedua mata Fina menampakkan sorot terluka serta marah ke arahku. Ponselku di genggamannya dia remas kuat, untuk kemudian dibantingkan ke lantai. PRAKK! Itu ponsel kelimaku di bulan ini, dan lagi-lagi hancur oleh tangan Fina. Apa daya. Ini semua salahku. "Sms siapa itu yang kamu balas, Yang?" "Itu Zizi. Dia teman sekelasku di kampus!" "Bohong!" sangkal Fina menjerit seraya mendorong dadaku menjauh. "Aku tau kamu bohong! Kamu pasti udah mulai bosan 'kan sama aku? Kamu sebenarnya suka 'kan sama dia?" Aku menggeleng. Buru-buru membawa Fina ke pelukan. "Nggak, Sayang. Aku gak bohong. Zizi itu cuma kawan di kampus. Aku sama dia sms-an membahas tugas yang kebetulan belum dia ngerti. Tolong kamu percaya, dong!" Tangisan Fina malah bertambah kencang. "Aku benci sama semua teman kamu, Yang. Kamu gak boleh dekat-dekat sama mereka. Jangan pernah luangin waktu sama mereka. Kamu itu cuma milik aku. Cuma aku yang boleh kamu perhatiin!" Aku mengangguk kuat-kuat hanya supaya bisa lebih meyakinkannya. "Iya, Sayang. Maaf karena aku udah nyakitin kamu. Aku janji, mulai sekarang cuma bakalan ada kamu. Udah, jangan nangis lagi," ujarku seraya mengusap pipi Fina yang lembab, menghapus bekas air matanya. Fina mendengus. "Janji kamu tuh seringnya bualan semata. Awas aja kalau ingkar lagi. Aku habisin kamu nanti!" Ancamannya hanya aku tanggapi dengan senyuman. "Iya, Sayang. Tenang aja. Aku cinta kamu." Fina lantas tersenyum, lalu memberikan aku ciuman mesra. Nama gadis itu Fina Mayang Sari. Kekasihku. Sosok gadis paling menawan dan cantik yang pernah aku kenal. Seseorang yang penuh perhatian, aktif, pun manis. Setiap kali aku jauh darinya, dia tak akan pernah lupa mengirimkan pesan dan bertanya; aku sedang apa, bersama siapa, akan pulang kapan, di mana, dan lain sebagainya. Yang mana, jawabanku tak akan pernah bisa membuatnya puas sebelum aku benar-benar sudah muncul di hadapannya. Membuat aku merasa memiliki arti lebih dalam hidupnya. Untuk pertama kalinya, ada sosok yang tulus yang ingin berada di sisiku dan memberikan aku segenap perhatian. Mewarnai kembali hidupku yang tadinya terasa suram karena sudah seringkali dicampakkan bahkan diolok-olok oleh banyak orang. Aku terbuang. Lalu Fina menemukanku. Mempertemukan aku pada jalan hidup dan duniaku yang baru, yaitu dirinya. Tanpa Fina, aku tak yakin aku sanggup menjalani kehidupan ini. Aku sungguh mencintainya. "Ji, tugas dari Pak Bram kemarin udah kamu tulis belum?" Aku mengabaikan pertanyaan itu. Hanya terus berjalan sambil berlagak tak mengenalinya. "Ji, woi. Aku nanya kamu. Kamu kenapa, sih? Kamu marah sama aku?" Aku berhenti melangkah. Menoleh menatap sosok pemuda kurus yang aku kenali tapi tak ingin aku ingat namanya. Di hidupku hanya boleh ada Fina seorang, tak ada yang lain. "Siapa kamu?" Pertanyaan balasan dariku membuat sosok ini tersentak. Tiba-tiba saja tawa tertahannya terdengar. "Kamu lagi becanda, ya? Ini aku, Ali. Kamu sama aku, sama Dika udah jadi kawan di kampus sejak setahunan ini. Masa sih kamu lupa?" Aku tak mengindahkan penjelasan itu. Memilih membuang muka seraya membetulkan posisi tas di punggung. "Aku gak kenal kalian semua. Minggir." Tubuh besarku sedikit menyenggol sosok kurus yang hanya mampu bergeming ini. Berhasil membuatnya menyingkir dari jalanku. Setiap sapaan, pertanyaan, senyuman dan panggilan yang orang-orang tujukan padaku hanya perlu aku tak acuhkan. Aku tak mau peduli. Mereka tidak penting. Dalam hidup, aku cuma butuh Fina. Tak ada yang lain. Hanya dia satu-satunya. "Oji!" Suara yang tak asing kembali terdengar menyebut namaku. Dan aku tak berniat menghentikan langkah sekalipun sosok itu sudah berdiri menghadang langkahku. "Oji! Kemarin kenapa nomor kamu gak bisa dihubungi? Padahal Zi masih mau nanyain banyak soal tugas-" "Kamu siapa?" Sosok gadis berkerudung di depanku ini menunjukkan reaksi yang tak jauh berbeda dari si laki-laki kurus yang ketemui sebelumnya. "K-kamu kenapa, Ji? Kamu marah sama Zi?" Aku mendengus tak menanggapi pertanyaan itu. Selekasnya lanjut melangkah melewatinya. Cerpen Sedih Kisah Seorang Psikopat Yang Gila Cinta "Ji? Oji? Zi masih mau ngomong! Ji!" Berhenti berlagak seolah kalian mengenalku dengan baik. Lagi pula, ada apa dengan orang-orang ini? Kenapa mendadak banyak dari mereka yang seolah menguji kesetiaanku pada Fina? Untung saja Fina sudah tak kuliah. Kalau saja dia berada di kampus ini dan memperhatikan segala hal yang aku alami, sudah tentu aku bisa langsung dihabisi olehnya. Ah, kelupaan. Aku 'kan belum sempat membeli ponsel dan juga simcard baru. Jangan sampai Fina mengkhawatirkanku, pun membuatnya berpikiran yang tidak-tidak. Aku harus selalu ada untuknya. Tak boleh sampai menyakiti dan membuatnya kecewa. "Beli hape baru lagi ya, Mas?" Tukang konter langgananku bertanya dengan raut muka tak enak. Mungkin dia bosan melihat aku lagi-lagi membeli ponsel bekas ke tempatnya. Ya. Aku membeli ponsel bekas yang murah. Yang layarnya hitam putih, dengan menu terbatas. Yang tak ada fitur kamera. Yang bukan Android. Yang tak mendukung fitur menginstal aplikasi bahkan tak mampu sekadar mengunduh file. Soalnya Fina kalau mengamuk seringnya menghancurkan ponsel. Jadi, aku cari aman dengan cara menggantinya ke ponsel yang murahan saja. Biar hemat. Selekas mendaftarkan kartu teleponku yang baru. Aku segera saja menghubungi nomor Fina. 'Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi.' Aku tersentak. Sekali lagi mencoba menghubungi nomor Fina. Dan jawaban yang terdengar masih sama. Seketika saja perasaanku menjadi tak keruan. Bagaimana ini? Apakah terjadi sesuatu pada Fina? Apa yang sedang dilakukannya? Apakah dia tengah bersama seseorang sampai harus repot-repot mematikan ponsel untuk mengabaikan panggilan dariku? "Ah! Gimana ini? Apa yang harus aku lakuin?" Melihat raut mukaku yang pasti panik, membuat tukang konter bertanya ragu-ragu, "Mas-nya kenapa? Ada masalah?" Aku menekan-nekan keypad ponsel dengan kencang, setelah itu menjawab, "Nomor hape pacar saya nggak aktif, Mas. Dia kenapa, ya? Dia di mana? Saya takut!" "T-tenang, Mas!" Tukang konter ini jadi seolah ketularan panikku. "Mungkin aja hapenya mati, lagi di-cas dulu. Mas tunggu aja. Nanti mungkin akan aktif lagi nomornya. Atau kalau nggak, mas datangin aja rumahnya." Aku mengerling lesu begitu diperdengarkan penuturan tadi. "Rumah siapa, Mas?" tanyaku. "Ya rumah pacar, Mas. Siapa lagi?" Rumah Fina, ya. Benar juga. Aku sebaiknya mendatangi rumahnya saja. Setelah mengambil kembalian dari pembelian ponsel dan kartu, aku langsung melangkah pergi dari konter. Harus segera menemui Fina. Tak tenang kalau aku belum menemuinya. Aku takut dia sedang bersama orang lain. Atau lebih parahnya, dia tengah berada dalam bahaya. Itu tidak bagus. Jangan sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Fina-ku tercinta. Tak berapa lama, aku tiba di rumahku sendiri. Sebab, aku dan Fina sudah tinggal bersama sejak lama. Aku dan dirinya tak bisa terpisahkan meskipun nyawa sebagai taruhannya. Aku membuka pintu rumah yang tak dikunci. Masuk ke dalam, lalu meletakkan tas ke atas sofa. Sesudah itu melangkah menuju ke ruang bawah tanah. Di mana kamar Fina berada. Pintu dari satu-satunya kamar yang ada di ruang bawah ini aku buka. Sedikit demi sedikit membiaskan cahaya ke dalam ruangan yang sempit dan gelap ini, memperlihatkan padaku sesosok gadis ayu yang tengah meringkuk di sudut kamar. Kedua kaki dan tangannya terikat. Mulutnya terbungkam kain. Dan kedua matanya tampak melotot ketakutan begitu melihat kedatanganku. Suaranya yang teredam di balik kain terdengar meronta-ronta. "Fina, Sayang!" Aku berlari menghampirinya. Memberikan Fina pelukan, ciuman, tak lupa membelai setiap inci wajah ayunya yang penuh memar. Luka-luka yang membekas di setiap jengkal kulit tubuhnya aku usap lelmbut, seraya berdecak penuh iba. Sebuah ponsel yang rusak yang berada di dekat tubuh Fina aku ambil, untuk kemudian aku banting ke lantai sampai hancur lebur. "Kamu mau coba cari bantuan lagi, ya? Apa gak cukup aku ada di hidup kamu? Apa gak cukup kita berdua sama-sama saling melengkapi tanpa harus mencari orang lain buat ikut campur, hah?" PLAK! Selesai mengamuk, aku menampar wajah Fina sampai membuatnya tersungkur. Bahunya berguncang. Dia mulai menangis lagi dan lagi. Dan aku menyesal. Tubuh rapuhnya aku peluk. "Maafin aku, Sayang. Maaf. Kamu tau aku ngelakuin ini biar kamu tetap jadi milikku. Aku gak mau kehilangan kamu. Aku takut kamu pergi. Aku nggak mau sampai kamu ngamuk-ngamuk dan marah sambil ngancam buat ninggalin aku kayak beberapa minggu lalu. Please," mohonku lantas melanjutkan, "jadilah sosok Fina seperti yang aku inginkan. Aku cuma butuh itu, Sayang. Ya?" Fina bergeming. Dia tak merespons. Hanya kedua bahunya saja yang masih terasa gemetaran. Aku tersenyum. Mengecup lembut pipi kotornya yang sangat menggemaskan. "Aku cinta kamu, Sayang. Dengan aku, kamu aman." Aku pastikan Fina akan selalu aman bersamaku. Tak butuh orang lain untuk turut hadir dalam kehidupan kami. Karena aku dan Fina bisa saling memiliki saja sudah lebih dari cukup. Cerpen Sedih Kisah Seorang Psikopat Yang Gila Cinta
Disanalah akhirnya Willi tahu bahwa Ayu adalah anak dari Kapten senior yang sempat menjadikan dan memberikannya Motivasi untuk menjadi Kapten yang hebat. Willi yang masih sangat cemas kembali memeluk Ayu sambil Mengatakan "Aku Cinta sama Kamu, Aku Cinta Sama Kamu, Aku gak mau kehilangan Mu, Aku Cinta sama Kamu, Ayu" Ayu yang mendengar Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="attachment_173081" align="alignleft" width="300" caption="picsourcegoogle"][/caption] Love as addictive as cocaine neuroscientists Tulisan ini sebagai awal rasa penasaran tentang abstraksi bernama cinta. Klasik karena banyak karya yang ramai dengan tema-temaini dan orang-orang seduniapun tak bosan membahasnya. Tapi saya anggap ini sebagai penjelasan logis akan “keritingnya” mata, berpacunya adrenalin ketika setiap waktu menyempatkan mengamati perilaku manusia dalam realita dengan permasalahan kompleks yang ujung-ujungnya kalau bukan masalah cinta ya duit. Woow, begitu dahsyatnyakah pengaruh cinta sehingga seorang bapak pergi dari keluarga demi gadis yang belum cukup umur, seorang ibu yang meninggalkan anak-anaknya demi cinta seorang pengusaha kaya, seorang suami yang menceraikan istrinya karena tak bisa memberi keturunan, seorang istri yang enggan dipoligami, seorang gadis yang bunuh diri karena cintanya ditolak, pemuda yang gila karena ditinggal kekasihnya, pejabat X yang rela menilep uang Negara demi investasi di Bank Swiss, para Hooligan yang keranjingan dan fanatik dengan pertandingan sepakbola, fans artis film top hingga merchandisenya penuh seisi rumah dsb. Cinta, membuat seseorang berani menempuh resiko yang tak dapat dibayangkan. Jika seseorang jatuh cinta, semua zat kimia dalam tubuh terutama dopamin dan oksitoksin dalam otak mengalami fluktuasi. Ini menjelaskan mengapa orang jatuh cinta dapat melakukan apa saja yang dalam situasi normal tidak mungkin dilakukan. Dada bergemuruh, denyut nadi bertambah, napas memburu. Dalam keadaan jatuh cinta, kita menjadi sangat obsesif, akibatnya sulit tidur, pikiran terfokus pada pasangan dan apa saja akan dilakukan untuk bisa dekat. Tidak heran orang yang sedang jatuh cinta ibarat terkena gena-guna. Ia melakukan apa saja atas nama cinta. Tapi taukah kita bahwa jatuh cinta membara memiliki fenomena kimiawi yang sama dengan penyakit jiwa bernama OCD-Obsesive Compulsif Disorder? Perasaan jatuh cinta dianggap menurunkan kadar serotonin substansi kimia di otak yang membuat kita merasa tenang dan damai. Jika serotonin turun sampai level terendah, maka andakemungkinan mengidap OCD. Monatella Marazitti, professor psikiatri dari universitas Pisa Italia melakukan penelitian untuk membandingkan kadar serotonin zat kimia yang diproduksi otak pada 24 orang yang jatuh cinta dalam 6 bulan terakhir dengan para penderita OCD dan orang yang tidak kasmaran atau mengalami OCD. Ia menemukan bahwa kadar serotonin pada orang jatuh cinta dan penderita OCD turun hingga 40% dibawah normal. Dengan kata lain, orang yang jatuh cinta memiliki gejala yang sama dengan penderita OCD. Walaupun tidak dikatakan eksplisit, tetapi dapat disimpulkan dari riset ini bahwa orang yang jatuh cinta menjadi sangat tidak rasional dan kehilangan nalar yang kritis seperti halnya penderita gangguan jiwa. Masuk akal jika ada kisah romantis Julius Caesar yang ketika jatuh cinta pada Cleopatra mengabaikan banyak masalah negara dan politik. Helen fisher, peneliti lain yang menggunakan MRI Magnetic Resonance Imaging yang memungkinkan melihat otak hidup, menemukan bahwa pada orang jatuh cinta, bagian otak bernama Ventral Tegmental Area dan Nucleus Caudatus menjadi lebih aktif. Mereka memproduksi zat kimia bernama Dopamin yang berperanan penting-seperti halnya keadaan yang dialami para pecandu obat terlarang dan para perokok—dalam mekanisme rewardimbalan. Mekanisme reward ini memaksa seseorang untuk menikmati lagi dan berusaha memperoleh lagi perasaan tersebut. Ada kenikmatan dan kesenangan disitu sehingga harus mengulang. Jatuh cinta memang nikmat dan ada kecenderungan untuk mengulanginya dengan segala resiko. Pleasure feelings yang dirasakan ketika jatuh cinta adalah peran dopamin. Dopamin adalah senyawa yang berperan sebagai neutransmitor dan perkursor terbentuknya senyawa lain. Dopamin merangsang terbentuknya norepinephrine –seperti halnya adrenalin- meningkatkan detak jantung dan berperan penting memberi rasa senang, tenang, nyaman dan ketagihan serta bertanggungjawab menentukan pengambilan keputusan. Bersama rendahnya kadar serotonin yang menyebabkan rasa obsesif, dopamin memberi efek membahagiakan, meningkatkan energi, menurunkan nafsu makan dan mengurangi konsentrasi. Sedangkan norepinephrine identik dengan peningkatan atensi, memori jangka pendek, hiperaktivitas, susah tidur dan perilaku yang berorientasi pada tujuan tertentu. Substansi tersebut akan menstimulasi peningkatan kemampuan dalam mengingat sesuatu. Kini jelaskenapa tiba-tiba kita punya kemampuan super, fokus pada hal-hal secara mendetail tapi ingatan tersebut hanya berlaku bila berkaitan dengan orang yang dicintai. Begitu kuatnya kekuatan otak untuk memperhatikan, sampai hal-hal lain hanya akan mendapatkan sisa perhatian. .Tetapi, hati-hati, karena jatuh cinta itu berbahaya. Kabar buruknya, perasaan bahagia bernama cinta terkadang bisa menjadi racun. Kelebihan dopamin di sistem limbik otak kita justru dapat menyebabkan paranoia dan kenekatan. Pasalnya jatuh cinta menyebabkan penurunan aktivitas pada amygdala atau bagian otak yang membuat anda memiliki perasaan takut. Itu sebabnya kita kerap punya kecenderungan bersikap nekad saat sedang jatuh cinta. Contoh-contoh yang saya sebutkan diatas adalah buktinya. Selain itu ada sesuatu yang kurang menggembirakan dari gelora cinta itu. Perasaan cinta membara terhadap lawan jenis adalah perasaan yang tidak dapat berlangsung lama dan cepat hilang. Sejumlah peneliti yakin, setelah kurun waktu tertentu bervariasi antara 18 bulan sampai 4 tahun tubuh kita jadi terbiasa dengan stimulan cinta ini. Tubuh akan beradaptasi terhadap reaksi disekitar maupun didalamnya. Lambat laun akan membentuk semacam toleransi. Dampaknya bercabang pada dua kemungkinan lebih terikat dan berkomitmen untuk setia pada pasangan atau putus. Inilah sebabnya mengapa 18 bulan hingga 4 tahun pertama pernikahan dianggap sebagai masa krusial. Karena itu motivasi terbaik dari pernikahan adalah cinta yang diberi pupuk dengan spiritualitas. Tumbuhkanlah cinta membara tapi bingkailah cinta kita dengan iman maka itulah yang membuatnya tak lekang zaman.. Beberapa terapi untuk mengendalikan gelora cinta. 1. Tidak mau dicap sebagai penderita OCD hanya karena obsesif dan perfeksionis terhadap sesuatu? Berarti serotonin, senyawa kimia dalam otak anda bermasalah? Cobalah Makan pisang. Pisang merupakan sumber vitamin B6 yang dibutuhkan untuk membuat serotonin didalam otak. Serotonin berfungsi mengurangi rasa sakit, menekan nafsu makan, mengurangi ketegangan dan membuat rileks. 2. anda tipe pecinta yang moody? Cobalah mengatur perubahan mood cinta dengan berolahraga. Penelitian terbaru menunjukkan bila anda berlatih cardio secara rutin, akan dapat meningkatkan efek dopamin sekaligus menambah endorphin yang akan membuat anda tetap waras. Endorphin adalahzat kimia penghilang stress yang secara alami diproduksi tubuh. Jadi berolahragalah secara rutin 3 x seminggu maka kepala anda akan selalu bisa berpikir jernih 3. Makanlah Coklat. Penelitian terakhir menunjukkan Dopamin dapat distimulus dengan coklat yang bisa memacu produksi endhorphin yang memiliki sifat disinhibsi tidak menghalangi/meningkatkan/meneruskan terhadap produksi dopamin. Jadi mampu menimbulkan perasaan tenang, nyaman dan bahagia cocok untuk terapi mereka yang dalam keadaan underpressure. Coklat, bisa kita logikakan dengan sains dapat mempengaruhi dopamin, tapi bagaimana dengan jatuh cinta? Bagaimana bisa mempengaruhi dopamin? Ungkapan “Cinta datang dari mata turun ke hati” benar adanya. Ketika kita melihat atau bertatapan dengan lawan jenis, ada sinyal-sinyal tertentu yang dipancarkan oleh gelombang cahaya melalui mata dan jika itu terjadi sinkronisasi antara keduanya, dapat berubah menjadi sinyal yang menstimulus dopamin. Karena itu seorang utusan Tuhan 15 abad lalu telah mengajarkan umatnya salah satu cara menterapi hati dengan menjaga pandangan ghadhul bashar. Hal itu juga berlaku untukdua orang yang berdekatan dalam jangka yang lama, biasanya feromon keduanya bisa menyambung dan sinkron. Sinkronisasi itu juga yang jadi stimulus peningkatan dopamin di otak. So sekali lagi hati-hatilah dengan cinta. note -OCD- kelainan berupa kompleksitas dimana pengidapnya tergila-gila akan kesempurnaan dan keteraturan Lihat Pendidikan Selengkapnya Jatuhyang kumaksud adalah 'Jatuh Cinta'. Indah rasanya, hingga aku lupa dengan keadaan sekitarku. Aku terlalu menikmatinya 'Kasmaran'. Kata yang sering digunakan oleh remaja saat ini. Sering aku tersenyum sendiri, melamunkan dirinya. Salah tingkah pun tak bisa lepas dariku bila dia berada di depanku. Ingin rasanya memeluk dirinya, tapi Cerpen Karangan Salsabila TjaturanggaKategori Cerpen Cinta Segitiga Lolos moderasi pada 17 February 2016 Dinda adalah anak orang kaya tetapi sifatnya sangat buruk. Dinda memiliki seorang saudari perempuan yang bernama Dina. Dina adalah anak yang baik, tetapi Dinda dan ibunya tidak menyukainya. Hanya ayahnya yang menyayanginya, ketika ayahnya pergi keluar kota Dina selalu disuruh Dinda dan ibunya bekerja bersih bersih rumah tanpa beristirahat. Di sekolahnya Dinda hanya menganggap Dina adalah pembantunya. Suatu hari Dinda menyukai seorang lelaki tampan di sekolahnya yang bernama Kevin. Tetapi Kevin tidak mencintai Dinda melainkan saudaranya yaitu Dina. Kevin selalu berusaha mendekati Dina, tetapi ia tidak pernah mendapatkan perhatian Dina, Suatu hari. “Din jalan yuk terserah kamu mau ke mana,” ajak Kevin. “Maaf Vin aku gak bisa,” jawab Dina. “Kenapa din please Din aku mohon, sekali ini aja,” pinta Kevin. “Ya udah deh kamu jeput aku jam 7 ya.” ucap Dina. Ting, tong, ting, tong, terdengar suara bel rumah Dina. Pintu terbuka dan terlihat Dina mengintip dari balik pintu. “Oh kamu Vin, ya udah yuk kita jalan,” ajak Dina. Sebenarnya Dina takut kalau Dinda tahu ia pergi bersama Kevin. Sesampainya di kafe. “Din aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” kata Kevin. “Ngomong apa?” ucap Dina. “Kamu mau gak jadi pacar aku?” Tanya Kevin. Dina sangat terkejut dengan pertanyaan Kevin, begitu juga Dinda yangsedari tadi mengintip di balik pohon. “Oh jadi lo pergi dari rumah cuma karena ini. Karena pengen bikin gue cemburu, iya?” Bentak Dinda. “Gak Din aku gak pernah buat kamu cemburu,” ucap Dina. “Udah deh lo itu munafik tahu gak sih lo!!” kata Dinda sambil menyiram Dina dengan minuman bekas Dina dan menamparnya. “Dinda, udah cukup. Ayo Dina kita pergi dari sini.” kata Kevin sambil pergi bersama Dina. Setelah pergi jauh dari Dinda, Kevin kembali menanya pertanyaannya tadi. “Din gimana kamu terima aku gak?” Tanya Kevin. “Iya aku terima kamu,” jawab Dina. Mereka pun berpelukan dan merayakan hari besar mereka dengan kebahagiaan. Di samping kebahagiaan mereka ada Dinda sambil membawa pisau yang tajam dan berkata, “Awas kamu Dina!!” Keesokannya terdengar berita “Seorang pelajar tewas terbunuh dengan pisau di perutnya, diduga akibat cinta segitiga.” Cerpen Karangan Salsabila Tjaturangga Facebook Salsatjatur Cerpen Cinta Berujung Tragis merupakan cerita pendek karangan Salsabila Tjaturangga, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Kisah Cinta Shila Oleh Nur Aeni Fadilla Burung-burung berkicau sangat indah, ayam berlomba-lomba berkokok. Tandanya matahari telah menampakkan dirinya. Pagi itu begitu cerah, begitupun dengan perasaan Shila yang bahagia dan degdegan. Shila memulai aktivitasnya dengan berangkat The True Friends Oleh Putri Nurjannah Raina dan Kalilah adalah dua orang sahabat. Mereka sudah menjalin hubungan persahabatan sejak kelas 7. Walaupun memiliki karakteristik yang bertolak belakang namun tak menjadikan mereka saling iri karena persahabatan Kerelaan & Ketulusan Oleh Anitrie Madyasari Pagi yang cerah, membuat suasana damai, sang surya’pun mulai menampakan sinarnya disela-sela awan yang menyelimutinya.. ketika hembusan angin menembus rongga-rongga hidung, emmm sungguh nikmat rasanya suasana pagi hari.. “One, Tak Terduga Part 2 Oleh Nilot Dewi Gayatri Pandanganku tertuju pada air danau yang tenang. Ku sandarkan bebanku pada pohon yang rindang. Berada di pinggir danau membuat kenyamanan tersendiri bagiku. Ya.. Di sinilah aku menenangkan semua beban Terimakasih Sahabatku Oleh Yustika Amaliah Sekolah baru, teman baru dan mungkin juga sahabat baru. aku baru saja pindah ke Jakarta. setelah 14 tahun berada di Surabaya. aku yang meminta untuk tinggal di Jakarta, sebab “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" CerpenJatuh Cinta. Ibumu, yang sejak tadi sibuk di dapur mengupas k Definisi cerpen cinta cerpen cinta adalah salah satu jenis cerpen yang dibuat dengan tujuan untuk menghibur para pembacanya dengan cerita yang mengandung unsur keromantisan, dan juga keharuan yang dialami dalam kisah percintaan. Lomba Menulis Cerpen Tema Jatuh Cinta oleh Star Aksara from Cerpen Jatuh